BeritaInternasional

Korsel Tawarkan Lowongan Perawat Lansia untuk Mahasiswa Internasional

67
×

Korsel Tawarkan Lowongan Perawat Lansia untuk Mahasiswa Internasional

Share this article
Korsel Tawarkan Lowongan Perawat Lansia untuk Mahasiswa Internasional
Korea Selatan akan membuka lowongan kerja perawat lansia untuk mahasiswa internasional. Program pelatihan bergelar di 24 kampus dimulai 2026. Foto: Getty Images/sasirin pamai

Pelajarnews.com, Jakarta – Pemerintah Korea Selatan mengumumkan sebuah inisiatif terobosan dengan mempersiapkan kesempatan berkarier sebagai perawat manula (caregiver for elderly) yang ditujukan secara khusus bagi kalangan mahasiswa dari berbagai negara. Sebelum dapat terjun langsung bertugas, para mahasiswa ini diwajibkan untuk mengikuti serangkaian program pendidikan serta pelatihan kejuruan yang komprehensif di sejumlah universitas ternama di Negeri Ginseng.

Sebuah pengumuman resmi yang dikeluarkan bersama oleh Kementerian Kehakiman serta Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan pada 24 Agustus 2025 lalu menegaskan penetapan 24 institusi pendidikan tinggi sebagai penyelenggara resmi program pelatihan untuk calon perawat lansia asing ini.

Di antara deretan institusi yang ditunjuk, terdapat nama-nama seperti Jeju Tourism University di Jeju, Myongji College dan Sahmyook Health University yang berlokasi di Seoul, Kyungnam University of Information & Technology bersama Dongui Institute of Technology di Busan, serta Kyungin Women’s College di Incheon.

Program Gelar Khusus & Pelonggaran Prosedur Visa

Dijadwalkan untuk bergulir mulai paruh pertama tahun 2026, universitas-universitas yang telah ditunjuk ini akan menyelenggarakan program gelar spesialis untuk mencetak tenaga perawat lansia yang kompeten. Tidak hanya itu, para mahasiswa juga akan dibekali dengan pelatihan intensif bahasa Korea yang kurikulumnya disusun sesuai dengan arahan dari Kementerian Kehakiman Korea Selatan.

Sebuah insentif menarik ditawarkan. Bagi para pelajar internasional yang mendaftarkan diri pada jurusan khusus dalam program perawatan manula ini, akan ada pelonggaran signifikan pada aspek persyaratan finansial yang diperlukan untuk pengurusan visa.

Program ini sendiri dirancang sebagai sebuah proyek percontohan yang akan berjalan selama dua tahun. Selama periode tersebut, setiap perguruan tinggi penyelenggara diwajibkan melakukan evaluasi internal secara berkala setiap semester.

Baca Juga:  10 PTN Terbaik Pencetak PNS Terbanyak di Seleksi CPNS 2024

Lebih dari itu, penilaian dan pengawasan yang lebih mendalam atas program ini akan dijalankan langsung oleh Kementerian Kehakiman dan Kementerian Kesehatan. Kedua kementerian inilah yang nantinya memegang keputusan final mengenai kelanjutan program ini, apakah akan dipermanenkan atau justru dihentikan sebelum masa percobaannya usai pada tahun 2027.

Jawaban atas Krisis Tenaga Perawat Lansia

Jeong Eun Kyeong, yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan, mengemukakan bahwa kebijakan ini merupakan respons strategis terhadap krisis kekurangan tenaga perawat lansia yang tengah melanda negaranya. Situasi ini diperparah oleh tantangan demografis serius yang dihadapi Korea Selatan, yakni fenomena penuaan populasi yang kian pesat.

“Langkah ini diharapkan dapat membantu menjamin ketersediaan sumber daya perawat lansia yang lebih stabil,” ungkap Eun Kyeong, seperti dikutip dari Korea.net, portal resmi Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan, pada Minggu (6/9/2025).

“Saya akan berupaya keras untuk memperbaiki kondisi kerja mereka,” janjinya.

Sorotan Akademisi: Dari Kualitas Pendidikan hingga Isu Rasisme

Sementara itu, pandangan kritis datang dari Theodore Jun Yoo, seorang profesor sejarah di Universitas Yonsei, Seoul. Ia menyoroti bahwa inisiatif serupa untuk mendatangkan tenaga perawat asing sebenarnya pernah digulirkan di masa lalu. Sayangnya, program tersebut kandas di tengah jalan akibat berbagai faktor, mulai dari pembengkakan biaya, ketergantungan yang terlalu tinggi pada imigran dari Filipina, hingga minimnya permintaan di luar kawasan metropolitan Seoul.

“Agar skema baru yang melibatkan universitas ini bisa membuahkan hasil, pelaksanaannya harus melalui perguruan tinggi vokasi dua tahun yang berkualitas dan mampu menawarkan lisensi profesional yang layak, sehingga para lulusannya benar-benar memiliki kualifikasi yang diakui,” ulasnya, dilansir dari laman Times Higher Education.

Baca Juga:  Kondisi Memprihatinkan Siswa MTs Guppi Lisu yang Belajar di Kolong Asrama

“Regulasi visa yang lebih longgar bisa menjadi faktor pendorong untuk menarik lebih banyak mahasiswa, karena ini memberikan mereka rasa aman untuk dapat menetap lebih lama,” tambahnya.

Namun, ia juga memberikan catatan tajam bahwa para pekerja migran di negaranya masih sering berhadapan dengan isu upah hingga sentimen rasisme. Oleh karena itu, menurutnya, masyarakat Korea Selatan sendiri perlu melakukan introspeksi dan perbaikan.

“Secara umum, pekerja migran di Korea masih menghadapi beragam bentuk pelecehan, upah yang tidak layak, dan rasisme,” tegasnya.

“Kecuali jika masyarakat Korea mulai memperlakukan para pekerja ini dengan jauh lebih baik, program pelatihan sebanyak apa pun tidak akan mampu membereskan masalah yang lebih fundamental,” sambung Yoo.

Yoo menegaskan bahwa penyelesaian masalah mendasar terkait penghargaan terhadap para pekerja migran di sektor perawatan lansia ini tidak bisa hanya dibebankan pada universitas dan masyarakat semata. Peran aktif dari Pemerintah Korea Selatan menjadi kunci yang tak terelakkan.

“Semoga saja, pihak universitas dapat berkontribusi dengan membekali keterampilan dan dukungan yang lebih mumpuni, tetapi pemerintah dan publik juga perlu mengambil langkah maju dalam meningkatkan hak-hak dan martabat pekerja agar semua ini dapat berjalan dengan sukses,” pungkasnya.

sumber: detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *