Pelajarnews.com – AI, atau kecerdasan buatan, sekarang udah jadi bagian penting di banyak aspek hidup, termasuk pendidikan. Misalnya, alat seperti ChatGPT makin banyak dipakai pelajar buat ngerjain tugas sekolah. Sebuah survei dari Pew Research Center tahun 2024 menunjukkan, 26% remaja di Amerika Serikat yang berusia 13-17 tahun bilang mereka udah pakai ChatGPT buat ngerjain tugas, angka ini bahkan dua kali lipat lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Meskipun alat seperti ini bikin pekerjaan jadi lebih gampang, para ahli mulai khawatir kalau penggunaan AI yang terlalu dini bisa berdampak negatif, terutama buat anak-anak dan remaja yang belum matang dalam berpikir kritis. Terlalu bergantung pada AI bisa ganggu cara mereka belajar dan berpikir.
2. Dampak Penggunaan AI terhadap Kemampuan Berpikir
Peneliti dari MIT Media Lab melakukan studi di tahun 2025 yang menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam menulis esai punya dampak negatif. Dalam studi ini, 54 peserta berusia 18-39 tahun diminta menulis esai. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok: satu pakai chatbot AI, satu lagi pakai mesin pencari, dan satu lagi hanya mengandalkan pengetahuan mereka sendiri.
Hasilnya, kelompok yang cuma pakai pengetahuan mereka sendiri punya konektivitas otak yang paling kuat dan luas. Sementara yang pakai mesin pencari dan chatbot AI malah mengalami penurunan dalam aktivitas otak, dengan AI menunjukkan keterlibatan otak yang paling lemah. Temuan ini nunjukin bahwa ketergantungan pada AI bisa bikin kita jadi lebih malas berpikir dan kurang kreatif.
3. Utang Kognitif Akibat Pakai AI Terlalu Sering
Ketergantungan berlebihan pada AI bisa menyebabkan masalah yang disebut “utang kognitif.” Ini artinya kita jadi menunda-nunda usaha mental yang seharusnya dilakukan dalam jangka pendek, yang bisa mengurangi kreativitas dan kemampuan berpikir kritis dalam jangka panjang. Nataliya Kosmyna, peneliti dari MIT, menjelaskan bahwa kemudahan yang ditawarkan AI sekarang bisa punya konsekuensi buruk di masa depan.
Kalau kita terlalu sering pakai alat bantu seperti chatbot AI, kita kehilangan kesempatan untuk melatih otak dalam menyelesaikan masalah sendiri, yang akhirnya bikin kita jadi lebih susah berpikir kritis.
4. Saran Ahli: Pahami Pengetahuan Dulu Sebelum Pakai AI
Supaya nggak ketergantungan, para ahli menyarankan supaya kita punya pengetahuan dasar dulu sebelum mulai pakai AI. Menurut Kosmyna, terutama anak-anak dan remaja, mereka perlu mengembangkan kemampuan berpikir mandiri sebelum bergantung pada alat seperti AI. Dengan pengetahuan yang cukup, mereka bakal lebih mudah mendeteksi kesalahan atau informasi yang nggak akurat yang kadang bisa disebarkan oleh AI.
Kosmyna juga bilang penting untuk mengajarkan anak-anak cara mengenali hal-hal yang salah atau nggak sesuai dari AI, yang sering disebut “halusinasi” AI. Halusinasi ini adalah saat AI ngasih informasi yang nggak bener, tapi disajikan seolah itu fakta.
5. Batasi Penggunaan AI untuk Anak-Anak: Literasi AI dan Komputer Itu Penting
Ahli juga bilang, terutama untuk anak-anak yang lebih kecil, sangat penting untuk membatasi penggunaan AI generatif. Anak-anak butuh waktu lebih banyak buat berpikir kritis dan mandiri. Pilyoung Kim, profesor psikologi anak di Universitas Denver, menekankan bahwa pengaruh AI yang nggak terbatas bisa ngerusak perkembangan keterampilan berpikir kritis mereka.
Selain itu, ada juga potensi masalah privasi yang nggak selalu disadari oleh anak-anak. Kosmyna memperingatkan supaya orang tua dan pendidik mengajarkan tanggung jawab saat pakai teknologi ini, termasuk pentingnya menjaga privasi dan keamanan data. Literasi komputer juga penting, bukan cuma cara pakai AI, tapi juga cara paham betul teknologi di baliknya.
6. Anak-Anak Rentan Lakukan Antropomorfisasi pada AI
Anak-anak juga cenderung melakukan antropomorfisasi, yaitu menganggap mesin atau AI sebagai makhluk hidup yang punya sifat manusiawi. Kim menjelaskan bahwa mesin yang bisa ngomong seperti manusia bisa bikin anak-anak lebih mudah terpengaruh. Misalnya, pujian sederhana dari robot sosial bisa ngubah perilaku mereka secara signifikan.
Meski AI bisa sangat membantu, anak-anak yang terlalu sering pakai AI bisa jadi lebih rentan terhadap manipulasi dan kebingungannya. Jadi, sangat penting untuk ngajarin anak-anak cara pakai AI yang bijak dan tanggung jawab, sambil tetap mempertajam kemampuan berpikir kritis mereka.
7. Gunakan AI dengan Bijak untuk Masa Depan yang Lebih Cerdas
Di era digital ini, AI memang bisa jadi alat bantu yang sangat berguna dalam pendidikan, tapi harus digunakan dengan hati-hati. Para ahli sepakat bahwa sebelum pakai AI, anak-anak dan remaja sebaiknya punya pengetahuan dasar terlebih dahulu. Penggunaan AI harus dibatasi, penuh tanggung jawab, dan bijak agar kemampuan berpikir kritis dan kreativitas mereka nggak tergerus.











