Pelajarnews.com – Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Guppi Lisu di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, menghadapi kenyataan pahit dalam menjalani proses belajar mengajar. Karena terbatasnya ruang kelas, mereka terpaksa mengikuti pelajaran di bawah kolong asrama.
Hal ini menggambarkan betapa memprihatinkannya kondisi pendidikan di daerah tersebut, di mana fasilitas yang seharusnya mendukung proses belajar justru menjadi kendala utama.
Keterbatasan Fasilitas di MTs Guppi Lisu
Menurut Kepala Sekolah MTs Guppi Lisu, Sudirman, ruang kelas yang ada di sekolah tersebut hanya berjumlah dua, yang terpaksa disekat menjadi empat ruang. Dari empat ruang yang ada, tiga digunakan untuk kelas, sementara satu lagi dimanfaatkan sebagai kantor guru.
Dengan jumlah siswa yang mencapai 84 orang, kekurangan ruang kelas menjadi masalah yang cukup serius. Akibatnya, siswa-siswa yang tidak kebagian tempat di ruang kelas harus belajar di kolong asrama yang berdindingkan tanah.
“Kami tidak punya pilihan lain. Ruang kelas yang ada tidak mencukupi, sehingga kami terpaksa memanfaatkan kolong asrama sebagai ruang belajar,” ujar Sudirman. Ini adalah gambaran nyata bagaimana keterbatasan fasilitas menjadi hambatan besar dalam pendidikan di daerah tersebut.
Keadaan Asrama yang Tidak Memadai
Asrama tempat siswa tinggal pun tidak lebih baik. Terletak di atas kolong, asrama tersebut didirikan di atas rumah panggung, sehingga ruang yang ada di bawahnya menjadi tempat belajar yang tidak ideal.
Hal ini menciptakan suasana yang jauh dari kondusif untuk belajar, dengan lantai tanah yang rentan terkena kelembapan dan kotoran. Bagi sebagian besar siswa yang berasal dari daerah pegunungan, ini tentu bukanlah tempat yang ideal untuk menuntut ilmu.
Meskipun demikian, sekolah ini masih memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk tinggal di asrama tanpa dipungut biaya sepeser pun. “Sekolah dan asrama semuanya gratis. Kami tidak membebankan biaya apa pun pada orang tua siswa,” tambah Sudirman. Ini menjadi satu-satunya pilihan bagi banyak orang tua yang tidak mampu membiayai pendidikan anak mereka.
Pengaruh Jarak dan Keterbatasan Sumber Daya
Sebagian besar siswa MTs Guppi Lisu berasal dari daerah pegunungan yang jauh dari sekolah, sehingga asrama menjadi pilihan utama untuk tinggal dekat dengan tempat belajar. Jarak yang jauh ini mengharuskan siswa untuk menginap di asrama demi menghindari perjalanan jauh setiap harinya. Namun, keterbatasan fasilitas menjadi penghalang utama untuk memberikan pendidikan yang layak bagi mereka.
Selain itu, meskipun sekolah ini berusaha menyediakan fasilitas pendidikan dengan prinsip inklusivitas dan toleransi antarumat beragama, di mana mereka menerima siswa non-muslim, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa fasilitas fisik yang tersedia masih sangat jauh dari memadai.
Harapan untuk Bantuan Pembangunan Fasilitas yang Lebih Layak
Untuk mengatasi masalah kekurangan ruang kelas dan asrama, pihak sekolah sangat bergantung pada bantuan dari dermawan dan relawan yang peduli dengan pendidikan. Sudirman berharap agar pemerintah atau lembaga terkait dapat memberikan bantuan dalam bentuk pembangunan gedung permanen untuk ruang kelas, kantor, dan asrama yang layak bagi siswa.
“Selama ini kami mengandalkan sumbangan dari masyarakat, relawan, dan donatur. Namun, kami sangat berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk pembangunan fasilitas pendidikan yang lebih layak,” kata Sudirman.
Tanggapan dari Pihak Berwenang
Menanggapi hal ini, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Soppeng, Afdal, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengajukan proposal bantuan pembangunan gedung permanen kepada Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan. Afdal menambahkan bahwa sekolah ini telah masuk dalam daftar prioritas bantuan untuk anggaran tahun 2026, yang memberi harapan akan adanya perbaikan fasilitas yang sangat dibutuhkan.
“Mudah-mudahan dengan adanya bantuan ini, kondisi pendidikan di MTs Guppi Lisu bisa lebih baik dan para siswa dapat belajar dalam fasilitas yang lebih layak,” ujar Afdal.
Penutupan
Pendidikan adalah hak setiap anak, dan seharusnya fasilitas yang memadai menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung proses belajar mereka. Kasus MTs Guppi Lisu di Soppeng merupakan potret dari kurangnya perhatian terhadap pendidikan di daerah-daerah terpencil. Dengan adanya bantuan dari pemerintah dan pihak terkait, diharapkan kondisi ini dapat segera diperbaiki, sehingga anak-anak di Soppeng bisa menikmati pendidikan yang lebih layak dan mendorong masa depan yang lebih cerah.











