BeritaPelajar

34 Persen Pelajar Jakarta Alami Masalah Kesehatan Jiwa, Apa Penyebabnya?

60
×

34 Persen Pelajar Jakarta Alami Masalah Kesehatan Jiwa, Apa Penyebabnya?

Share this article
34 Persen Pelajar Jakarta Alami Masalah Kesehatan Jiwa, Apa Penyebabnya?

PELAJARNEWS.COM – Kesehatan mental remaja, khususnya di kalangan pelajar SMA, telah menjadi topik yang semakin penting untuk dibahas. Berdasarkan hasil studi terbaru yang dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC), Fokus Kesehatan Indonesia (FKI), dan Yayasan BUMN, sekitar 34 persen pelajar SMA di Jakarta terindikasi berisiko mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Fenomena ini memperlihatkan tantangan yang semakin besar dalam mendukung kesehatan mental generasi muda. Penelitian ini mengidentifikasi empat gejala utama yang mengindikasikan adanya masalah kesehatan jiwa pada pelajar SMA, yang mencakup masalah sosial, gangguan emosional, gangguan hiperaktivitas, dan masalah perilaku.

34% Pelajar SMA Jakarta Terindikasi Gangguan Kesehatan Jiwa, Kenali Gejalanya

1. Masalah Sosial: Menjauh dari Teman Sebaya

Salah satu gejala paling umum yang menunjukkan adanya gangguan kesehatan jiwa pada pelajar adalah masalah sosial. Remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental seringkali menunjukkan perilaku menyendiri dan menghindari interaksi sosial. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk menjalin hubungan yang sehat dengan teman-teman sebayanya, atau bahkan merasa tidak diterima dalam kelompok sosial mereka.

Menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSP, masalah sosial ini tercermin dalam kecenderungan remaja untuk tidak memiliki teman dekat atau mengalami gangguan sosial, seperti sering diganggu atau diejek oleh teman-teman di sekolah. Temuan dalam studi ini menunjukkan bahwa 26 persen pelajar SMA di Jakarta terindikasi mengalami masalah sosial semacam ini.

Gejala ini seringkali diabaikan karena dianggap sebagai fase alami dalam pertumbuhan remaja. Namun, jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, masalah sosial ini dapat berkembang menjadi gangguan kesehatan mental yang lebih serius. Para ahli menekankan pentingnya dukungan emosional dari orang tua, guru, dan teman sebaya untuk membantu pelajar mengatasi kesulitan ini.

Baca Juga:  Lulusan ITS: Diincar Berbagai Industri, Mengapa Mereka Sangat Dicari?

2. Gangguan Emosional: Kecemasan dan Kehilangan Kepercayaan Diri

Gangguan emosional adalah gejala lain yang umum ditemukan pada pelajar dengan masalah kesehatan jiwa. Gejala ini mencakup perasaan cemas, khawatir berlebihan, dan ketidakmampuan untuk mengatasi stres.

Pelajar yang mengalami gangguan emosional seringkali merasa tidak bahagia, mudah merasa takut, dan kehilangan rasa percaya diri. Mereka juga sering mengeluhkan sakit tubuh yang sebenarnya disebabkan oleh masalah psikologis, yang dikenal dengan istilah keluhan psikosomatis.

Dalam studi yang dilakukan, sekitar 23 persen pelajar SMA di Jakarta melaporkan mengalami gejala gangguan emosional. Ini menunjukkan bahwa masalah kecemasan dan depresi di kalangan pelajar tidak bisa dianggap sepele.

Para pelajar yang merasa cemas atau tidak bahagia sebaiknya mendapatkan perhatian khusus, baik dari keluarga maupun pihak sekolah. Tanpa dukungan yang memadai, gangguan emosional ini bisa berkembang menjadi gangguan mental yang lebih serius, seperti depresi berat.

3. Gangguan Hiperaktivitas: Kesulitan Fokus dan Perhatian

Selain masalah sosial dan emosional, gangguan hiperaktivitas juga menjadi salah satu gejala penting yang ditemukan pada pelajar dengan risiko gangguan kesehatan jiwa. Gangguan ini biasanya ditandai dengan perilaku terlalu aktif, kesulitan dalam menjaga perhatian, serta masalah dengan konsentrasi di kelas. Pelajar yang mengalami gangguan hiperaktivitas seringkali merasa gelisah dan kesulitan untuk tetap fokus pada satu hal dalam waktu yang lama.

Studi menunjukkan bahwa 29 persen pelajar SMA di Jakarta mengalami gangguan hiperaktivitas. Kondisi ini dapat memengaruhi performa akademik mereka, karena kesulitan dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Selain itu, gangguan ini dapat memperburuk hubungan dengan teman sebaya dan guru, yang pada akhirnya dapat memperburuk kesehatan mental mereka. Penanganan yang tepat, seperti terapi perilaku dan dukungan yang lebih intensif di sekolah, sangat diperlukan untuk membantu pelajar dengan gangguan hiperaktivitas.

Baca Juga:  Kembali Dibuka, Kampus Mengajar Angkatan 8 Siap Cetak Generasi Muda Penggerak Pendidikan Indonesia!

4. Masalah Perilaku: Agresivitas dan Ketidakjujuran

Gejala terakhir yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah masalah perilaku. Remaja dengan masalah perilaku seringkali menunjukkan sikap agresif, berbohong, dan bahkan berbuat curang. Mereka mungkin sering marah, berkelahi dengan teman sekelas, atau berperilaku buruk di lingkungan sekolah. Hal ini bisa menjadi indikator dari gangguan mental yang lebih dalam, seperti gangguan perilaku atau gangguan disiplin yang disebabkan oleh stres atau trauma emosional.

Penelitian ini menemukan bahwa 18 persen pelajar SMA di Jakarta menunjukkan gejala masalah perilaku. Faktor-faktor penyebabnya sangat beragam, mulai dari masalah keluarga, tekanan akademik, hingga pengaruh dari lingkungan sosial.

Jika gejala ini tidak segera ditangani, maka remaja tersebut berisiko mengembangkan perilaku yang lebih merugikan di masa depan. Pendekatan yang lebih humanis dan mendalam dari pihak sekolah dan keluarga sangat penting untuk menangani masalah perilaku ini.

Penanganan Gangguan Kesehatan Jiwa di Kalangan Remaja

Untuk menanggulangi masalah kesehatan jiwa yang semakin meningkat di kalangan pelajar, penting bagi semua pihak yang terlibat termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk memberikan perhatian lebih terhadap kondisi kesehatan mental remaja. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah melalui pencegahan dini dengan mengenali gejala-gejala gangguan kesehatan jiwa sejak awal.

  1. Pendidikan tentang Kesehatan Jiwa di Sekolah: Sekolah dapat memainkan peran penting dalam mendeteksi masalah kesehatan mental di kalangan pelajar. Menyediakan pelatihan atau seminar tentang kesehatan mental bisa membantu pelajar dan guru mengenali gejala-gejala gangguan jiwa sejak dini. Selain itu, memberikan ruang bagi pelajar untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi tanpa takut dihakimi juga sangat penting.
  2. Dukungan dari Keluarga: Orang tua memegang peranan yang sangat besar dalam kesehatan mental remaja. Komunikasi yang terbuka dan penuh kasih sayang akan membantu remaja merasa lebih aman untuk mengungkapkan perasaan mereka. Dukungan emosional dari keluarga dapat mempercepat proses pemulihan mereka.
  3. Akses ke Layanan Kesehatan Mental: Remaja yang terindikasi mengalami gangguan kesehatan jiwa sebaiknya segera mendapatkan bantuan dari tenaga profesional, seperti psikolog atau psikiater. Intervensi dini melalui terapi atau konseling dapat membantu mereka untuk mengatasi masalah kesehatan mental sebelum menjadi lebih parah.
  4. Peran Teman Sebaya: Teman sebaya juga memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental teman-temannya. Teman yang peduli dapat menjadi tempat bagi remaja untuk berbagi masalah atau sekadar mendengarkan tanpa menghakimi. Sekolah dan komunitas dapat memfasilitasi pembentukan kelompok pendukung di kalangan pelajar untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung kesehatan mental.
Baca Juga:  Beasiswa Fulbright 2024, Peluang Kuliah S2-S3 di AS dengan Biaya Penuh

Kesimpulan

Masalah kesehatan mental di kalangan pelajar SMA di Jakarta menjadi perhatian serius yang membutuhkan tindakan segera. Dengan 34 persen pelajar terindikasi berisiko mengalami gangguan kesehatan jiwa, kita harus lebih peka terhadap gejala-gejala yang muncul, seperti masalah sosial, gangguan emosional, gangguan hiperaktivitas, dan masalah perilaku.

Untuk itu, langkah-langkah preventif, dukungan emosional, serta akses terhadap layanan kesehatan mental yang lebih baik perlu segera diimplementasikan. Melalui kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung bagi perkembangan mental para remaja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *