EdukasiMahasiswa

Perbedaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang Harus Diketahui Mahasiswa

224
×

Perbedaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang Harus Diketahui Mahasiswa

Share this article
Perbedaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang Harus Diketahui Mahasiswa

Pelajarnews.com – Ketahui perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi dalam pendidikan tinggi untuk menentukan langkah yang tepat.

Ada tiga musuh besar dalam dunia akademik: skripsi, tesis, dan disertasi. Ketiganya adalah gerbang terakhir sebelum gelar akademik resmi bisa dicantumkan di belakang nama.

Tapi, tahukah kamu bahwa meskipun tampak serupa, mereka sebenarnya memiliki banyak perbedaan? Mari kita kulik lebih dalam, tanpa basa-basi, tentang apa yang membedakan sekaligus menyamakan ketiga monster akademik ini.

Skripsi, Tesis, Disertasi: Musuh Abadi Mahasiswa

Mahasiswa sering kali merasa skripsi adalah momok terbesar dalam hidup mereka, padahal itu baru permulaan. Setelah lulus S1 dan berpikir bisa lepas dari belenggu penelitian, eh, kalau lanjut S2 bakal ketemu tesis. Dan bagi yang nekat meneruskan ke S3, disertasi menanti dengan tawa sinis. Jadi, apa sebenarnya perbedaan utama dari ketiga jenis tugas akhir ini?

Persamaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Sebelum kita masuk ke perbedaan, mari kita lihat apa yang membuat mereka memiliki ‘darah akademik’ yang sama:

  • Karya Ilmiah: Ketiga-tiganya adalah penelitian berbasis metode ilmiah yang wajib mengikuti aturan akademik.
  • Dikerjakan Individu: Tidak ada ‘skripsi kelompok’ atau ‘tesis rame-rame’. Semua harus dikerjakan seorang diri.
  • Harus Dipublikasikan: Baik dalam bentuk cetak maupun digital, karya ini wajib bisa diakses publik sebagai bentuk kontribusi akademik.
  • Diuji Oleh Dosen yang Sama Garangnya: Sidang skripsi, tesis, dan disertasi sama-sama menghadapkan mahasiswa ke dosen penguji yang sering kali tak kenal ampun.

Perbedaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Nah, ini bagian yang menarik. Apa sih yang membedakan ketiga tugas akhir ini? Mari kita bongkar satu per satu.

1. Skripsi (S1) – Pembuktian Bahwa Kamu Pernah Kuliah

Skripsi adalah gerbang pertama sebelum seseorang bisa menyandang gelar sarjana. Apa yang membedakannya?

Baca Juga:  7 Buku Belajar Bahasa Jerman Terbaik yang Harus Anda Coba

Ciri-Ciri Skripsi:

  • Level Kesulitan: Tingkat dasar, lebih ke arah implementasi ilmu yang sudah dipelajari selama kuliah.
  • Tujuan: Membuktikan bahwa mahasiswa mampu menerapkan teori yang telah dipelajari untuk menyelesaikan suatu masalah.
  • Metodologi: Tidak wajib penelitian yang kompleks, cukup penerapan teori yang ada.
  • Pendekatan: Cukup dengan satu disiplin ilmu (monodisiplin), tidak harus multidisiplin.
  • Hasil Akhir: Biasanya tidak ada inovasi atau temuan baru, hanya pengaplikasian ilmu yang sudah ada.

Skripsi lebih mirip seperti “bukti sah” bahwa kamu kuliah selama 4 tahun dan paham apa yang telah dipelajari. Jika diibaratkan, skripsi itu seperti SIM C yang menunjukkan bahwa kamu tahu cara mengendarai motor, tapi belum tentu mahir balapan.

2. Tesis (S2) – Level Serius, Harus Ada Pengembangan Ilmu

Berbeda dari skripsi, tesis tidak bisa hanya sekadar menerapkan teori. Mahasiswa S2 dituntut untuk melakukan riset yang lebih mendalam.

Ciri-Ciri Tesis:

  • Level Kesulitan: Menengah hingga tinggi, tergantung bidang ilmunya.
  • Tujuan: Mengembangkan ilmu atau teknologi dengan cara meneliti sesuatu yang baru atau mengombinasikan teori yang sudah ada.
  • Metodologi: Harus berbasis riset dengan pendekatan yang lebih kompleks.
  • Pendekatan: Biasanya melibatkan lebih dari satu disiplin ilmu (multidisiplin atau interdisiplin).
  • Hasil Akhir: Harus ada inovasi atau setidaknya analisis mendalam yang lebih dari sekadar penerapan.

Tesis itu seperti SIM A yang tidak hanya membuktikan bahwa kamu bisa mengemudi, tapi juga memahami cara kerja mesin mobil dan bisa membuat inovasi sederhana untuk meningkatkan performanya.

3. Disertasi (S3) – Menemukan Sesuatu yang Benar-Benar Baru

Kalau skripsi adalah tiket masuk dunia akademik dan tesis adalah tiket naik level, maka disertasi adalah puncak perjalanan. Ini bukan sekadar penelitian biasa, tapi harus berkontribusi secara signifikan dalam ilmu pengetahuan.

Baca Juga:  7 Materi Dasar Teknik Mesin yang Wajib Kamu Kuasai sebagai Pemula

Ciri-Ciri Disertasi:

  • Level Kesulitan: Sangat tinggi, mendekati kegilaan akademik.
  • Tujuan: Menemukan teori baru, konsep baru, atau gagasan ilmiah baru yang belum pernah ada sebelumnya.
  • Metodologi: Menggunakan metode penelitian yang lebih kompleks, sering kali berskala besar.
  • Pendekatan: Harus bersifat multidisiplin, interdisiplin, bahkan transdisiplin (melibatkan berbagai bidang dan pemangku kepentingan).
  • Hasil Akhir: Harus memiliki kontribusi nyata terhadap dunia akademik atau kehidupan nyata.

Jika skripsi adalah SIM C dan tesis adalah SIM A, maka disertasi itu seperti mendapatkan sertifikasi pilot untuk menerbangkan pesawat luar angkasa. Ini bukan sekadar membuktikan bahwa kamu tahu ilmunya, tapi kamu harus membuat sesuatu yang benar-benar baru.

Kesimpulan: Mana yang Paling Menyiksa?

Jujur saja, semuanya menyiksa dengan caranya masing-masing. Skripsi bikin stres karena sering kali jadi pengalaman pertama mahasiswa menghadapi penelitian. Tesis lebih kompleks karena menuntut pemikiran yang lebih mendalam. Disertasi? Jangan ditanya! Mahasiswa S3 sering kali menghabiskan bertahun-tahun hanya untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.

Jika kamu sekarang sedang menghadapi salah satu dari ketiganya, selamat berjuang! Ingat, meskipun terasa berat, karya ilmiah ini adalah langkah penting dalam perjalanan akademikmu. Dan yang paling penting: setelah lulus, dunia nyata menanti dengan tantangan yang jauh lebih gila dari sekadar menulis skripsi, tesis, atau disertasi.

Jadi, siap menaklukkan monster akademik ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *